Wednesday, 1 May 2013

bloggo Cerpen Cinta BIDADARIKU

cerpen cinta remaja cinta artikel1 cerpen cinta romantik remaja artikel2 cerpen cinta pertama artikel3 cerpen cinta romantis artikel4 cerpen cinta sejati
BIDADARIKU
Karya Alvin Ridwan

Semua berawal dari kejadian itu. Kejadian yang mungkin sulit untuk ku lupakan. Seorang ‘Bidadari’ jatuh tepat dihadapanku dan menyapaku lembut “Selamat pagi!”. Ah..lupakan itu kejadian tempo hari yang membuatku gila karnanya.

Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku terbangun dari mimpiku. Entah suara apa yang sanggup memotong jalan mimpiku semalam. Aku beranjak dari tempat tidurku dan mecoba melihat seisi kamarku, hanya terlihat beberapa foto gadis-gadis cantik yang berpose ‘menggoda’. “Gadis..? Cantik..?” aku sejenak berfikir, “Memimpikan siapa aku ini tadi malam?”. Seketika secercas cahaya matahari pagi menembus celah-celah jendela kamarku . Perlahan ku buka jendela kamarku. Udara sejuk pagi menerpa tubuhku yang seakan member i ‘suntikan’ semangat padaku untuk mulai beraktifitas pagi ini.
Jam dinding menunjukan pukul 06.15 wib. Kukayuh sepedaku dengan perlahan. Sambil ku nikmati suasana damai pagi ini. Setelah ku rasa cukup menikmati indahnya pagi ini, aku mempercepat kayuhanku. Sesampainya dirumah aku parkirkan sepedaku di halaman belakang. Seperti biasa, pagi ini hanya ada bi imah pembantuku dan pak tejo tukang kebunku. Mereka tampak sibuk dengan pekerjaanya, mungkin faktor materi yang membuat mereka seperti itu. Ibu sibuk ngobrol dengan ibu-ibu komplek lainya di depan rumah, ayah sedang menikmati kopi panasnya dan ditemani surat kabar pagi ini. Aku rebahkan tubuhku di kasur singgasanaku ini. Terlintas dibenakku “Apa yang aku impikan semalam?” . Aku berdiri dan berjalan menuju foto gadis-gadis cantik yang sengaja ku taruh di dinding kamarku. “Apakah kamu secantik ini?, kurasa tidak, hanya beberapa bagian saja yang memang mirip denganmu..” ujarku dalam hati. Tak banyak orang yang tahu tentang diriku ini.

Aku lebih suka sendiri dan menghindar dari kehidupan mereka. Tapi, bukan berarti aku tidak suka mereka. Hanya saja menjaga jarak agar indentitasku ini tidak terungkap.

Hari semakin siang, bi Imahpun tidak lupa membuatkan makan siang untukku dan sekeluarga. Sebelum aku selesai makan. Terdengar rintik-rintik hujan menjatuhi atap rumahku. Memang didaerahku sekarang sedang musim hujan. Jadi wajar kalau setiap hari turun hujan. Selesai makan, aku ambil ponselku dan berlari menuju gazebo belakang rumah. Gazebo ini memang ayah buat untuk aku sekeluarga menikmati indahnya tetesan-tetesan air hujan. Disamping gazebo kami ,ada kolam ikan yang berisi beberapa ikan emas dan ikan koi. Mereka tampak meloncat-loncat bak ikan lumba-lumba yang kegirangan.

Seharian aku tidak mengecek ponselku ini. Beberapa pesan masuk dari teman-temanku. Mereka mengajakku untuk pergi main sore ini. Tapi, apadaya? “sore ini pasti hujan, lagian siapa yang mau main hujan-hujan?” jawabku kepada temanku. Bayang-bayang gadis itu seketika datang seperti hujan yang tidak ada habisnya. Pikiranku mulai goyah, aku tidak bisa berpikir jernih lagi, pikiranku saat ini bahkan tidak sejernih air kolam itu. Apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus bertanya pada hujan? Gadis cantik itu sudah meracuni pikiranku~
***

Hujanpun reda. Sepertinya awan sudah lelah meneteskan air matanya. Cuaca beberapa hari ini memanng sulit ditebak seperti suasana hatiku saat ini. Bayang-bayang gadis itu masih mengisi sebagian besar dari pikiranku. “Apakah gadis itu Dia? Dia yang pernah menghiasi hari-hariku dulu” ujarku dalam hati. Tak ku sadar aku duduk di gazebo ini selama 3 jam hanya untuk memikirkan gadis itu. “Argh…sudahlah apa gunanya aku memikirkan gadis itu” teriakku.

Aku ingat beberapa hari lalu, hari pertama masuk sekolah. Ada bertemu seorang gadis yang menarik perhatianku. Sebut saja namanya Angel. Dia cantik, rambutnya lurus, dan yang aku yakin dia anak seorang ‘pejabat’.

Memang karna ia anak seorang pejabat, kehidupannya setingkat diatas teman-temanku lainya. Setiap hari supir pribadinya setia mengantarkan dan menjemputnya setelah pulang sekolah. Dia memang cantik, tapi tak ada satupun cowok yang berani mendekatinya. Mungkin karna notabennya dia anak seorang ‘pejabat’. Tapi, aku merasa berbeda dari mereka. Aku merasa ingin lebih kenal dengannya.
“Hai..Angel ya..” sapaku lembut,
“Iya..kamu Rio kan..” jawabnya dengan sedikit senyum heran.

Mungkin itu adalah senyuman pertama yang aku dapatkan dari wajah manisnya. Sulit memang membuat gadis sepeti Angel tersenyum, hanya beberapa anak saja yang beruntung mendapatkan senyum terIndah darinya. Terlintas dibenakku “Apa aku suka dia? Kenapa kalau tak melihat senyumnya hariku terasa hambar?” “Argh…sudah lah, fikiran siapa lagi ini yang meracuniku” bentakku dalam hati.

Pulang sekolah, ku hidupkan laptopku untuk melanjutkan tugas yang ibu guru berikan beberapa hari lalu. Setelah tugas selesai aku iseng membuka jejaring sosial yang sedang ngetrend saat ini. Aku coba mencari-cari informasi tentang Angel. Aku menemukan satu akun jejaring social yang dimiliki oleh Angel. Disana tertera nama ‘Angel K Putri’ dengan foto profil yang membuatku semakin penasaran. Setelah beberapa jam ku ‘ublek-ublek’ akunnya itu aku tahu bahwa ia pernah suka pada seseorang tapi nampaknya rasa sukanya tidak terbalaskan. Sungguh, aku tidak mengada-ngada, aku tau semua itu dari status-statusnya yang menunjukan rasa sedih terlalu dalam.

Sejenak ku berfikir “Betapa bodohnya orang itu, dia telah menyia-nyiakan gadis secantik Angel. Apa kurangnya dari Angel, bagiku dia adalah ‘Sempurna’. Sempurna dilihat dari beberapa aspek, Sempurna dimataku”. Satu yang kusadari, aku mulai menyukainya, aku suka senyumnya, senyum manisnya. Tapi, bayang-bayang orang itu masih disimpan dalam dihati Angel. Membuatku semakin takut untuk lebih dekat dengannya. Dia adalah seorang gadis cantik yang mengharapkan balasan cinta dari seorang ‘pengemis tua’.

Kadang ku berbicara pada diriku sendiri “Andai saja aku menjadi orang yang kau harapkan, akanku berikan senyumku setiap hari, bila perlu setiap detik hanya untukmu seorang” “ataukah aku harus bertanya pada senyummu? senyummu yang terlihat manis itu tetapi terasa hampa dihatiku”
****

2 hari tak terdengar kabar dari Angel. Nampaknya ia sedang sibuk mengurusi ‘hewan’ peliharaanya itu. Ia masih saja betah hidup di kubangan lumpur yang perlahan-lahan menelan tubuhnya sekaligus perasaanya. Aku masih tidak habis fikir gadis secantik Angel masih saja mengharapkan balasan Cinta dari seorang ‘pengemis tua’. Dalam benakku, aku masih mengharapkanya. Angel yang kukenal dulu, yang selalu tersenyum manis, yang selalu tertawa ketika aku maju ke depan kelas, yang seakan-akan menjadi nyawa keduaku.

Pelajaran dimulai hari ini. Jujur saja, aku tak sanggup menahan rasa kantuk ini lebih lama lagi. Beberapa hari lalu aku memang kurang tidur bahkan malam pun tidur hampir dini hari. Bayang-bayang Angel masih saja berputar-putar di otakku. Ia masih saja betah menggerogoti seisi kepalaku. Aku tak mengerti apa yang sebenarnya kufikirkan. Setiap hari aku masih bisa bertemu denganya, masih bisa melihat sedikit senyum manisnya. Tapi, hati ini terasa seperti hancur bekeping-keping saat mengingat kau dan seorang itu.
“Hai Angel, apa kabar?” tanyaku,
“Ya..baik kok” jawabnya dengan senyum sinis, seakan ada sesuatu yang ia sembunyikan.
“Kamu kenapa njel..? Sakit..?”
“Nggak kok..biasa aja” jawabnya dan pergi dari hadapanku

Aku tersentak seketika mendengar Angel menjawab pertanyaanku. Dia seperti orang yang baru kenal denganku. Padahal sebelumnya ia adalah salah satu yang pernah dekat bahkan ‘hampir’ denganku. Tapi, lagi-lagi karena ‘pengemis tua’ itu yang telah menggagalkan semua.

Kau hanya menganggap semua yang ku lakukan bualan belaka?
Sadarlah,kau telah dibutakan oleh permainannya. Seketika kalimat itu melintas dibenakku. Menemaniku dalam perjalanan pulang menembus tetesan air hujan yang terlalu dingin bagiku saat ini.

Kau tahu betapa aku mencintaimu? Cintaku padamu lebih besar dari cintamu padanya. Cinta?? Apa itu Cinta?? Aku tak mengenalnya. Yang aku tahu hanya rasa yang kupendam selama ini. Rasa sayang? Apakah ini yang dinamakan cinta? Sesuatu yang membuatku semakin lemah, yang membuatku kenal dengan perjuangan dan mengenalkanku pada seseorang yang lebih cantik dari setangkai bunga mawar.

Memang tak mudah mendekati gadis seperti Angel. Perasaanya yang selalu berubah-ubah dan sulit untuk ditebak. Ditambah lagi, dia masih memimpikan pengemis tua itu menjadi kekasihnya. Aku cukup prihatin mendengar berita itu. Kabarnya Angel sudah lama mengorbankan perasaanya hanya untuk ‘orang tua’ itu. Padahal dia gadis yang cantik, semua ingin memilikinya, semua pun sadar bahwa pengorbananya adalah sia-sia.

Pikir, dunia ini Luas..Apakah kau hanya mau berada di tempat yang kumuh ini untuk selamanya?? Aku tak tega melihat Angel. Rasanya aku ingin membawamu terbang ke langit ke 7 dan tinggal disana selamanya agar kau tau arti sebuah pengorbanan…
****

Hembusan angin malam waktu itu, bawa lariku dalam pelukanmu. Raut wajahmu seakan lebih indah dari sang Bulan yang menerangi kita dimalam itu.

Seakan ingin sembunyikan semua rasa yang kupendam. Aku berlari dalam gelap malam menuju sebuah titik cahaya. Yang kupikirkan saat itu adalah bagaimana membuatmu sadar dan segera menyelesaikan permainannya.

Cahaya itu semakin lama semakin terang seperti semangatku yang terus berkobar didalam ricuhnya kehidupan. Aku sadar semua pengorbananku akan berakhir sia-sia, tapi disisi lain aku mengerti bahwa perasaanku kepada Angel tak berbeda dengan perasaanmu kepadanya. Aku merasa seperti kambing hitam diantara mereka berdua. Angel pun nampaknya sudah mengerti apa yang aku rasakan. Dia pernah berkata “Jangan pernah tinggalkan orang yang kau sayang didalam gelapnya malam”. Angel tahu dia takan mendapatkan orang yang dia inginkan. Tapi, dia akan selalu berada disisinya selama orang yang dia inginkan membutuhkannya.

Aku tak mengerti jalan pikiran Angel. Dia seperti Bidadari yang lupa kayangan. Dia dilahirkan untuk dicintai dan bukan untuk mencintai. Dia terlalu rapuh untuk mencintai. Dia belum mengerti kerasnya kehidupan. Yang dia tahu hanya “berapa banyak uang papa yang ku habiskan sehari ini”.

Sang Bidadari jatuh ditepat dihadapanku. Dia tak tau harus melangkahkan kakinya kemana. Dia kehilangan arah. Seperti 2 bulan yang lalu. Aku menuntunnya menuju ‘kayangan’ tempat dimana Bidadari yang seharusnya. Meninggalkan sejuta kenangan yang sudah terukir dalam di hati dan menghapus perlahan semua harapan yang seakan memberiku kehidupan kedua.
“Aku tak tahu kemana lagi harus melangkah, setelah semua ini aku lalui, aku akan kembali ke kehidupanku yang sebelumnya. Menjadi seorang ‘Bidadari kayangan’ yang bertugas melindungimu dan hadir di setiap mimpi indahmu”. Aku ingat persis yang di katakanya sebelum terbang menuju kayangan sana.
“Memang sulit menjadi Bidadari di dunia yang kejam ini. Semua tampaknya juga sudah mengerti. Semua yang kulakukan tak beda dengan yang kau lakukan. Semua tak ada artinya. Semua hanya bualan belaka. Semua hanya akan menjadi cerita fiktif yang terlontar dari mulut ke mulut”
“Aku tak akan meninggalkanmu dalam gelapnya malam meskipun itu mustahil untuk ku lakukan”

No comments:

Post a Comment